oleh

Bak Wisatawan, Satgas TMMD Buru Kalong “Keramat” Raksasa Karangjambu

PB|PURBALINGGGA – Mitos Kelelawar Raksasa yang dikeramatkan warga di Desa/Kecamatan Karangjambu yang berada di Situs Bandingan, yang kadang terlihat terbang disiang hari, membuat jiwa petualang Serka Widyo, Satgas TMMD memacu trailnya melewati sirkuit baru, jalan Makadam sepanjang 1.975 meter yang telah dibangun TNI dan Wong Purbalingga dalam gelaran TMMD Reguler ke-101 Kodim 0702 Purbalingga.

Dengan diantar Amin Amarudin (11) anak kelas 5 SD N 1 Karangjambu sepulang sekolah, Widyo pun memburu mitos Bandingan tersebut. Sebelumnya Widyo mendapatkan kabar tentang Situs Bandingan dan mitos kelelawar raksasa yang dikeramatkan warga dari rekan Satgas lainnya yaitu Serka Margiyanto, yang beberapa yang lalu menggali pasir di Kaki Bukit Bandingan untuk melanjutkan rehab RTLH Muharso (71) warga Rt. 10 Rw. 04 Desa Karangjambu.

Setelah mendatangi situs, Widyo bersama Amin Amarudin merapat kepada salah satu warga dan Kades setempat untuk mengetahui lebih jelas tentang mitos kelelawar raksasa yang biasa disebut kalong di Situs bandingan. Selain terdapat puluhan benda peninggalan jaman Megalitikum seperti menhir, pecahan gerabah dan Ahu yang digunakan untuk ritual tertentu, di Situs Bandingan Desa/Kecamatan Karangjambu juga menyimpan keunikan lain.

Pepohonan yang besar dan rindang di areal situs, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wiasatawan religi maupun yang berjiwa petualang untuk mengunjunginya. Ribuan kelelawar “raksaka” yang dikeramatkan warga membanjiri langit situs jika hari menjelang malam.

Jika malam hari tiba, suara kepakan sayap yang terbang mencari makan membuat Bukit Bandingan mencekam. Gesekan sayap kelelawar dengan rimbun dedaunan juga menambah nuansa magis. Namun demikian, bagi penduduk setempat suasana seperti ini sudah menjadi hal yang biasa.

Disebut raksasa, karena kelelawar yang hidup di areal situs, ukurannya tidak lazim dari kelelawar pada umumnya, yaitu kelelawar dengan bentang sayap berkisar antara 30-50 Cm. Sedangkan ditempat lain ukurannya jauh lebih kecil. Suara desis dan cericit yang keluar dari moncong binatang ini juga sangat keras.

Disini, yang unik dari binatang malam pemakan buah-buahan ini, adalah kebiasaaan tak lazim dengan terbang di siang hari, sehingga warga sekitar menganggap sebagai binatang yang dikeramatkan dan percaya bahwa mereka adalah penjelmaan dari roh para leluhur, sehingga tak satupun warga di Desa Karangjambu dan sekitarnya ada yang berani menangkap atau menembaknya.

Mitos turun-temurun, barang siapa yang menangkap, membunuh atau memakan daging kelelawar keramat penghuni Situs Bandingan, maka sama halnya dengan membunuh leluhur mereka, sehingga kemudian turun temurun warga sekitar menganggap kelelawar tersebut sebagai kelelawar keramat yang wajib dihormati. Mereka juga percaya, jika berani mengusik apalagi membunuh binatang tersebut, maka akan terkena malapetaka yang diyakini beruwujud penyakit aneh yang akan sulit disembuhkan.

Jadi, walau sering beterbangan di siang hari, penduduk sekitar tidak ada yang mengusik apalagi menangkap kelelawar tersebut, sehingga dari hari ke hari populasinya semakin tidak terkendali. Bahkan pada ritual-ritual tertentu, beberapa penduduk sekitar juga masih ada yang menyediakan sesaji untuk kelelawar penghuni situs tersebut berupa buah-buahan segar, beberapa dari warga percaya bahwa dengan sesaji buah-buahan segar kepada kelelawar keramat, maka panen akan semakin berlimpah dan tanahpun lebih subur.

Dikatakan warga sekitar, Mingun (53) tani yang beralamatkan di Rt. 12 Rw. 03 Desa Karangjambu “Kelelawar-kelelawar yang terbang seperti burung diatas pepohonan yang rindang di Situs Bandingan tersebut merupakan kelelawar yang dikeramatkan turun temurun. Oleh karenanya, tidak ada satupun warga kami yang berani menangkap atau membunuhnya. Padahal di daerah lain, kelelawar biasa diburu, selain dagingnya enak ada yang mempercayai bahwa daging kelelawar juga bisa dijadikan obat.

Sementara dikatakan Kadesa Karangjambu, Warsito, S.Ag “Selain ribuan kelelawar, di areal situs ini juga masih terdapat populasi hewan liar lainnya seperti ayam hutan maupun burung-burung langka, jenisnya saya kurang tahu. Saya yakin ditempat lain pastinya sudah menjadi incaran untuk diperjual belikan, namun disini burung-burung liar tersebut dibiarkan hidup sesuai dengan habitat aslinya. Masyarakat kami walaupun mayoritas Islam, namun tradisi turun-temurun juga tidak kami langgar” terangnya.

“Kalau tidak ada mitos turun temurun ini Pak, ya sudah habis ayam hutan maupun burung-burung liar disini” tandasnya.

Dengan lestarinya hewani di Situs Bandingan dan dengan segala mitos yang dimilikinya, tentunya akan menjadi destinasi wisata religi maupun natural yang baru di wilayah Kabupaten Purbalingga. Semoga dengan jalan baru yang dibangun TNI dan seluruh wong Purbalingga, akan lebih memperkenalkan situs tersebut demi peningkatan perekonomian warga. Akan ada tukang parker baru, akan ada pemandu wisata baru, penjual makanan dan minuman yang tambah laris dan lain-lain, serta tidak menutup kemungkinan jika banyak wisatawan datang, pemerintah daerah akan segera mengaspal jalan sepanjang 1.975 meter dan lebar 7-9 meter tersebut sebagai sumber pemasukan daerah.

Terlihat kalong raksasa yang terbang diatas pepohonan makam tua Desa Karangjambu. Semoga artikel ini dapat lebih memperkenalkan Desa/Kecamatan Karangjambu sebagai destinasi wisata yang baru di wilayah Purbalingga, guna meningkatkan kesejahteraan seluruh warganya.(Pendim -0702|red)

Bagikan

Baca Juga