oleh

Sembari Berburu Berita, Satgas TMMD Berburu Ilmu Kapulaga ”

PB|PURBALINGGA – Selama gelaran TMMD berlangsung di Desa/Kecamatan Karangjambu, Kopda Askur bertugas memburu segala bentuk pemberitaan terkait TMMD, baik  profesi keseharian warga, keterlibatan warga desa tetangga, kegiatan fisik TMMD, Non Fisik TMMD maupun tanggapan-tanggapan warga terkait pembangunan yang dilakukan TNI Kodim 0702/Purbalingga.

Terlihat Kopda Askur, membantu salah satu petani dan pedagang Kapulaga asal Desa Karangjambu, Sudi (45) warga Desa Karangjambu Rt. 13 Rw. 04,  dalam mejemur kapulaga yang sebagian dipanennya dan sebagian dibelinya dari para petani di desanya. Disela-sela membantu penjemuran kapulaga, Kopda Askur menanyakan tentang seluk beluk kapulaga dan manfaatnya kepada Sudi.

Untuk itulah Sudi menjelaskan secara gamblang, kapulaga sekarang adalah rempah-rempah termahal ketiga di dunia, setelah saffron dan vanilla. Sedangkan penghasil terbesar di dunia adalah negara Guatemala kemudian India, kini beberapa negara seperti Sri Lanka dan Indonesia juga membudidayakannya.

Tanaman ini adalah tanaman herbal yang membentuk rumpun menyerupai jahe, dengan ketinggian 2-3 meter. Banyak tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat di ketinggian 200-1.000 MDPL (Meter Diatas Permukaan Air Laut), namun kini dibudidayakan sebagai tanaman rempah. Mampu hidup dibawah rindangnya tanaman lain, batangnya basah dan berpelepah daun yang membalut batangnya serta letak daunnya berseling-seling. Buahnya berbentuk bulat telur, berbulu dan berwarna kuning kelabu yang terkumpul dalam tandan kecil dan pendek dan bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya yang didalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.

Kapulaga berbuah pada umur 2-3 tahun, buah muncul dari batang semu dekat tanah dan merayap bersama tandannya sepanjang 1 m ke tanah sekitarnya. Supaya tidak terkena lumpur kalau hujan, petani menyelipkan lembaran plastik sebagai alas di bawah tandan buah tersebut. Buah lonjong sepanjang 1 cm yang bersisi tiga itu dipetik kalau sudah montok, padat berisi atau setengah matang. Warna buah hijau tua, jika sudah berubah menjadi hijau muda baunya sangat sedap. Buah dipanen saat setengah matang dengan warga hijau kekuning-kuningan, karena jika sudah matang buahnya akan mudah pecah dan kurang bagus.

Konsumen memanfaatkan buah ini sebagai bahan dasar obat tradisional, panen dapat dilakukan 4 kali dalam 1 tahun selama 10-15 tahun hidup dan petani bisa langsung menjualnya pasca panen.

“Setelah panen, buah dicuci dengan menggunakan soda pencuci 2 % selama 10 menit. Kemudian dijemur dengan cara diangin-anginkan atau menggunakan tikar ataupun terpal saat pagi hari, hindarkan dari panas matahari langsung. Penjemuran dilakukan selama 5-10 hari” terang Sudi. Lebih lanjut Sudi memaparkan, setelah kadar air kapulaga yang dijemur mencapai 15-20 % atau dengan perbandingan 5 : 1 (5 kg kapulaga basah jika sudah kering menjadi 1 kg).

“Untuk pemasarannya, kapulaga dikemas dalam karung goni yang terang dengan sirkulasi udara yang baik, bisa juga dengan peti kayu sengon dengan dilapisi kertas timah atau aluminium foil agar konsisi buah terjaga sampai ketangan pembeli” bebernya panjang lebar.

Dikatakan Kopda Askur, “Wah panjang lebar dan lengkap banget ya Pak ilmunya, semoga saya bisa mengingat dan mempraktekannya nanti” cetus Askur. Perbantuan Satgas tersebut kepada Sudi, kontan malah menjadi tontonan warga lainnya yang kebetulan lewat.

Sudi berharap, dengan adanya pembangunan jalan baru melalui TMMD ini, kedepannya dapat mempermudahnya dalam mengambil kapulaga di kebunnya. Serta dengan jalan yang bagus dan lebar, tentu biaya angkut buah akan menjadi lebih murah, serta harga beli dari petanipun akan lebih murah pula. “Terimakasih Pak TNI” pungkasnya Sudi.(Pendim 0702|red)

Bagikan

Baca Juga