oleh

SENIMAN PEMBUAT WAYANG YANG TERLUPAKAN OLEH ZAMAN

LAMONGAN – Ketika era digital sudah menjajah kebudayaan kita seperti sekarang ini Sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan negeri ini terutama para generasi mudanya. Masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama televisi, menjadi penyebab dan tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional.

Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri.
Perubahan itu telah di rasakan sendiri oleh Kasmiadi (77), salah satu seniman dan pembuat wayang kulit asal Desa Sungegeneng Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan ini, merasa resah dengan lunturnya minat masyarakat terutama generasi mudanya untuk melestarikan seni tradisional Negerinya sendiri.
“Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional terutama wayang kulit. Mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi dari luar daripada kesenian bangsanya sendiri ” ungkapnya sembari memperlihatkan salah satu wayang kulit dari hasil karyanya selama ini, Rabu(01/08/2018).

Walaupun karyanya saat ini kurang di minati, Kasmadi hingga saat ini masih tetap berkarya. Seolah-olah usia yang terbilang sudah tua tidak bisa menghalangi semangatnya untuk melestarikan Seni tradisional Indonesia terutama Wayang kulit. Perlu diketahui bukan rupiah semata yang ia cari, namun kepuasan batin atas penghargaan hasil karya yg telah dibuatnya untuk masyarakat.

Sembari menunjukkan koleksi karyanya yang lain, Kasmiadi bercerita pernah menawarkan hasil karyanya ke Kecamatan lain di Kabupaten Lamongan yang jaraknya kurang lebih 25 km dari tempat tinggalnya. Namun apa mau dikata, yang dituju tidak berminat dengan Wayang tersebut dan tragisnya saat perjalanan pulang naik ojek ia sampe jatuh ke kali.

” Mungkin menurut mereka Wayang itu sudah kuno, tapi bagi saya Wayang adalah sesuatu yang sangat berharga, bukan hanya dari tampilan fisik yg bernilai seni tinggi. Namun filosofi pewayangan sangat menginspirasi dan mempengaruhi perjalanan hidup saya. Mau bagaimana lagi mas, mungkin sudah zamannya ” ujarnya sambil tersenyum mengingat pengalaman yang dialaminya.

Di Sisa-sisa umurnya Bapak tua berumur 77 tahun ini berharap, kalau memang diberi kesempatan ia ingin sekali menularkan ilmunya kepada generasi muda sekarang terkait Pewayangan.
” Siapa yang akan meneruskan dan melestarikan ” lakon ” pewayangan ini, sehingga tidak segera punah ditelan jaman ” harap Kasmiadi.
Sedangkan tanggungjawab untuk mengembangkan dan melestarikan di masa sekarang ataupun masa yang akan datang terkait warisan leluhur tersebut, bukan lagi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat dalam hal ini mereka para pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman. (Rendra)

Bagikan

Baca Juga